Dunia telah berubah secara dramatis dengan kehadiran internet dan media sosial. Salah satu kontributor terbesar dalam dunia maya adalah netizen Indonesia.
Tahukah sahabat Bonanza88 bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, dan sekitar 63% dari penduduknya telah terhubung ke internet.
Tentu saja, hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar internet terbesar di dunia dengan lebih dari 170 juta pengguna internet.
Namun, bagaimana fakta terkait pandangan dunia terhadap netizen Indonesia? Yuk, simak ulasan berikut.
Sebagian Besar Netizen Indonesia Menghabiskan Kuotanya untuk Sosmed
Sebagian besar netizen Indonesia menghabiskan banyak waktu harian mereka untuk berinteraksi dan beraktivitas di media sosial. Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari banyak orang di Indonesia dan di seluruh dunia.
Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi di dalam negeri.
Netizen Indonesia menghabiskan waktunya untuk berselancar di media sosial selama 3 jam 18 menit setiap harinya. Angka fantastis itu menjadikan Indonesia menempati posisi puncak sebagai penikmat media sosial di Asia Tenggara.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa banyak netizen Indonesia menghabiskan quotanya (waktu mereka) untuk media sosial:
- Koneksi Sosial
Media sosial memungkinkan orang untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan orang-orang dari seluruh dunia. Ini adalah alat yang efektif untuk menjaga koneksi dengan orang-orang yang kita cintai, terutama di tengah mobilitas yang tinggi.
- Aktivitas Sehari-hari
Media sosial tidak hanya menjadi tempat untuk berkomunikasi, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi aktivitas sehari-hari. Orang sering memposting foto, video, dan cerita tentang kehidupan sehari-hari mereka, sehingga media sosial menjadi cara untuk berbagi pengalaman.
- Konten Hiburan
Media sosial juga dipenuhi dengan konten hiburan seperti video lucu, meme, dan hiburan berbasis gambar. Hal ini menjadikan media sosial sebagai sumber hiburan yang tak terbatas.
- Bisnis dan Promosi
Banyak bisnis dan merek telah memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk mempromosikan produk dan jasa mereka. Ini memungkinkan netizen untuk berinteraksi dengan merek dan membuat keputusan berdasarkan ulasan dan rekomendasi yang mereka temui di media sosial.
- Kelompok dan Komunitas
Media sosial memungkinkan netizen untuk menjadi anggota berbagai kelompok dan komunitas berdasarkan minat dan hobi mereka. Ini menciptakan ruang untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan minat bersama.
Indonesia Termasuk 5 Besar Netizen Tidak Sopan
Sebagai negara dengan populasi internet yang besar, Indonesia memiliki beragam netizen dengan perilaku yang berbeda. Mirisnya, Indonesia termasuk 5 beasr netizen paling tidak sopan di dunia.
Bahkan, dalam laporan Digital Civility Index (DCI) pada 2020, netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara. Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan netizen tidak sopan bisa terkait dengan beberapa faktor berikut.
- Jumlah Penduduk Besar
Dengan populasi yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia memiliki banyak pengguna internet. Semakin banyak pengguna internet, semakin besar peluang untuk menemui netizen yang tidak sopan.
- Anonimitas
Beberapa netizen mungkin merasa lebih nyaman untuk berperilaku tidak sopan secara daring karena mereka dapat tetap anonim. Anonimitas dapat mengurangi rasa tanggung jawab sosial.
- Ketidakpahaman Etika Daring
Beberapa orang mungkin tidak sepenuhnya memahami etika berinternet atau tata krama dalam berkomunikasi daring. Mereka mungkin tidak menyadari dampak dari komentar atau tindakan mereka di dunia maya.
- Provokasi dan Kontroversi
Beberapa netizen mungkin sengaja menciptakan kontroversi atau melakukan provokasi untuk mendapatkan perhatian atau reaksi dari orang lain di media sosial. Hal tersebut tentu menciptakan siatuasi yang tidak menyenangkan.
Bullying dan Pelecehan Daring
Sayangnya, kasus-kasus pelecehan daring, termasuk cyberbullying, masih ada di Indonesia. Ini adalah masalah serius yang memengaruhi banyak orang.
Perbedaan Budaya dan Bahasa
Indonesia memiliki beragam budaya dan bahasa daerah, yang kadang-kadang dapat memicu perbedaan pendapat dan konflik online.
Netizen Indonesia Identik dengan Hoaks dan Penipuan
Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi, menyebutkan masyarakat Indonesia bermasalah dalam menggunakan internet. Sebagai salah satu pengguna internet terbesar di dunia, netizen Indonesia justru diasosiasikan dengan hal negatif, seperti hoaks dan penipuan.
Berdasarkan data survei Microsoft bertajuk Digital Civility Index (DCI), Didik menyebutkan 47 persen keadaban digital Indonesia adalah hoaks dan penipuan, 27 persen berisi ujaran kebencian, dan 13 persen adalah diskriminasi. Ia tentu mengaku miris dengan hasil survie tersebut.
Tentu kita harus mengambil hikmah dari kenyataan tersebut. Hasil studi itu mengingatkan kita pentingnya literasi digital bagi masyarakat Indonesia.
Kemampuan untuk memahami, mengidentifikasi, dan menghindari informasi palsu adalah keterampilan yang sangat penting dalam dunia maya yang penuh dengan konten yang meragukan.
Selain itu juga mengingatkan perlunya pengawasan yang lebih ketat dari platform media sosial dan hukum yang lebih kuat dalam mengatasi penyebaran hoaks dan ujaran kebencian.
Tak lupa, netizen juga memiliki peranan penting dalam melawan hoaks dan ujaran kebencian dengan tidak menyebarkan informasi yang tidak diverifikasi dan dengan berpartisipasi dalam upaya mengedukasi orang lain tentang bahaya informasi palsu.
Kesadaran Menjadi Konten Kreator yang Rendah
Kesadaran menjadi konten kreator yang rendah adalah salah satu masalah yang perlu diperhatikan di era digital ini. Konten kreator adalah individu atau entitas yang membuat, mengunggah, dan membagikan berbagai jenis konten di platform online seperti YouTube, Instagram, TikTok, blog, dan media sosial lainnya. Ketika kesadaran menjadi konten kreator rendah, berbagai masalah bisa terjadi.
Salah satu skill yang layak untuk dimiliki di era sekarang adalah menjadi konten kreator yang bertanggungjawab. Nah, berikut adalah beberapa pendukung agar keinginan Anda sebagai konten kreator terealisasi dengan bijak.
- Pendidikan dan Pelatihan
Penting untuk meningkatkan pemahaman tentang etika berkonten. Pelatihan dan pendidikan yang memfokuskan pada hak dan tanggung jawab konten kreator dapat membantu.
- Mentorship
Konten kreator yang lebih berpengalaman dapat berperan sebagai mentor bagi yang baru memulai, membimbing mereka dalam etika dan praktik terbaik dalam pembuatan konten.
- Kode Etik Industri
Pengembangan kode etik industri untuk konten kreator dapat membantu mengatur perilaku yang sesuai dan memberikan pedoman yang jelas.
- Pengawasan dan Tanggung Jawab Platform
Platform media sosial dan konten harus berperan aktif dalam mengawasi dan menghentikan konten yang melanggar etika dan hukum.
Netizen Indonesia telah menjadi kekuatan yang signifikan dalam dunia maya global. Mereka memiliki peran yang semakin penting dalam mempengaruhi budaya internet, mempromosikan isu-isu penting, dan menjaga kekayaan budaya Indonesia tetap relevan di era digital.
Dengan terus berpartisipasi aktif dalam percakapan global, netizen Indonesia, termasuk tentunya sahabat Bonanza88, memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan internet dan masyarakat dunia secara keseluruhan ke arah lebih positif.